Takkan Lari Gunung Dikejar

Dear me, Gak semua ‘ingin’ bisa dengan serta merta diraih. Gak semua ‘mau’ harus saat ini juga dikejar. Kadang kau perlu menunggu. Menengok lagi kesiapan diri untuk mengejarnya. Percayalah, semua ada waktunya. Takkan lari apa-apa yang ditakdirkan bertemu denganmu.

Ini ngomongin apasih? haha

Ngomongin gunung.

Gunung Rinjani.

sumber: fantabulousness.com

sumber: fantabulousness.com

Betapa saya ingin sekali ada disana. Saat ini juga. *Yakkaleee saat ini jugak 😀

Sejak kenal dengan gunung-gunungan, hanya satu gunung yang sangat ingin sekali saya singgahi. Gunung Rinjani. Ada energi berbeda sejak dari namanya. Terlebih nama puncaknya. Puncak Dewi Anjani.

Pernah suatu kali, di tahun lalu, Mama saya memberi ultimatum, gak ngizinin saya untuk naek gunung lagi. Saya merajuk “Pliiisss, setelah rinjani deh aku gak naek lagi, (insyaAllah dalem hati hehe)”. Waktu itu mama saya sepakat. Saya lolos. Lanjut lagi naek gunung receh (istilah anak ngeteng untuk gunung yang tingginya pendek *tinggi koq pendek?)

Sekitar 3 bulan lalu saya diajakin ngetengmania untuk naek Rinjani. Melihat waktu yang masih cukup untuk prepare, saya daftar. Langsung titip beli tiket yang lagi promo. Tiket berangkat udah ditangan. Waktu berlalu. Sekarang kurang dari sebulan dari tanggal keberangkatan. Dan saya merasa belum siap segalagalanya. Jasmani Rohani Mental Fisik Spiritual Jasadiah Ruhiyah Lahir Batin Jiwa Raga Materi dan Non-Materi. Aaaaakkkkk >,<

Entah saya harus berterimakasih atau tidak. Pada harga tiket balik yang saat ini sudah melangit akibat saya menunda-nunda beli tiket balik dengan beragam alasan. Pada kuliah yang udah bolos 3 kali. Pada rencana perjalanan spiritual di bulan Juli (insyaAllah) yang paling ingin saya jalani lebih dari perjalanan apapun didunia ini. Jelasnya, saya merasa belum tepat timing-nya untuk ada di Rinjani dalam waktu dekat ini.

Mungkin saya terlihat cemen yah. Gak ‘keukeuh’ ngejar mimpi. Gak beres dalam mempersiapkan diri. Gak sungguh-sungguh dalam keinginan. Iyah mungkin. Kalo buat saya, mengejar mimpi itu penting. Tapi kita perlu juga realistis melihat kesiapan diri. Jangan sampe jatohnya malah jadi “kering” perjalanannya. Saya serius soal alasan belom siap Jasmani Rohani Mental Fisik Spiritual Jasadiah Ruhiyah Lahir Batin Jiwa Raga Materi dan Non-Materi. Perlu segitunya cuma buat naek gunung? Perlu. Terutama karna Rinjani adalah yang sangat saya ingini, jadi harus full battery. Buat saya gunung atau perjalanan kemana aja perlu kesiapan segalanya. Terutama hati. Supaya perjalanan yang dilalui lebih ‘membekas’ di jiwa. Gak cuma sekedar datang dan kemudian pergi. Barangkali saya perlu jadikan Rinjani gunung terakhir yang saya tuju. Supaya saya punya kesempatan naek gunung yang laen dulu. Udah kepalang sepakat ama orang tua. Hehe licik.

Sebetulnya hanya satu yang membuat saya berat untuk melepaskan kesempatan ini: teman seperjalanan.

‘Bersama siapa kita berjalan’ itu tidak kalah penting dengan ‘kemana kita berjalan’

Barangkali teman seperjalanan ekspedisi Rinjani ‘ngetengmania’ gak akan mengulang perjalanan kesana lagi. Barangkali jika suatu saat nanti saya sudah siap kesana, teman seperjalanannya adalah orang yang gak saya kenal akrab. Cuma itu aja. Terlebih lewat jalur Torean.

Selain itu tadinya saya pengen banget ngerasain menginjak usia saya yang baru di gunung yang paling saya cita-citakan ini karna tanggal perjalanannya beririsan dengan ulang tahun saya. Tapi Hhhhhhh…sudahlah. Lepaskan…lepaskan..lepaskan, andina.

Lepaskan segala yang menjerat hati. Lepaskan segala ingin yang belum saatnya dikejar. Lepaskan.

Takkan lari gunung dikejar. Semua ada waktunya. Rinjani masih disana. Rinjani gak kemana-mana. Suatu saat nanti insyaAllah pasti bertemu :’) Mari pantaskan diri dulu 😀 *ini cem ngomongin jodoh gak sih 😛

Semoga perjalanan kakak-kakak ngetengmania ke rinjani berkah! Titip salam ke Puncak Dewi Anjani :’) Doain saya bisa nyusul 😀

Leave a comment