Meredam Keraguan, Memantapkan Keyakinan

Ketika doa doa sudah dipanjatkan, usaha sudah diupayakan, harapan sudah ditambatkan, kepasrahan sudah diserahkan. Pada Allah, tuhan semesta alam. Pemilik langit dan bumi beserta seluruh isinya. Pemilik jiwa hati dan raga ini. Maka, tak ada alasan bagi kita untuk berputus asa dari rahmat Allah jika doa, usaha, harapan, dan kepasrahan itu (terlihat oleh kita yang serba terbatas) belum dikabulkan.

***

Jalan Ajyad - Jalanan menuju penginapan

Jalan Ajyad – Jalanan menuju penginapan

Pada langit yang masih gelap itu sepulang dari masjidil haram seusai sholat shubuh, saya memandangnya. Tak ada bintang, hanya langit gelap. Bergantian kemudian melihat jalanan yang ramai oleh manusia dan kendaraan, serta lampu lampu yang cantik, saat hari-hari terakhir di kota suci itu. Saya berjalan beriringan dengan mama. Sesekali menanggapi obrolan beliau, tapi sesungguhnya hati dan pikiran saya sedang penuh dengan “meyakinkan diri sendiri atas ketakutan-ketakutan yang dirasakan”.

“Bagaimana jika doa-doa yang saya panjatkan panjang pendek di kota suci, di tempat yang mulia, di depan ka’bah yang mustajab, di bulan yang penuh rahmat, di malam-malam sepuluh hari terakhir yang sakral, ternyata nantinya akan lama dikabulkan Allah? bahkan mungkin tidak dikabulkan atau diganti dengan yang lain?” Ataghfirullah..saya buru-buru istighfar atas pikiran dan bisikan syaithan yang membisikan keraguan ke dalam dada manusia. Ah bahkan mengurus hati sendiri saja kita tak mampu. Laa haula wa laa quwwata illa billah.

Sesaat kemudian saya langsung berbincang dalam hati dengan Allah yang Maha tahu isi hati. Mohon ampun tentu jika ada sedikit saja keraguan dalam hati saya. Seterusnya adalah saya bersaksi.

Sepanjang usiaku, selama hampir 27 tahun Engkau hidupkan, sungguh aku tak pernah kecewa pada-Mu, ya Rabb. TAK PERNAH. Sedikitpun!

Dialah Allah yang tak pernah sedikitpun mengecewakanku.
Dialah Allah yang tak pernah sedetikpun menelantarkanku.
Dialah Allah yang tak pernah khilaf mengurus seluruh hidupku.
Dialah Allah yang tak pernah keliru mengurus seluruh urusanku.
Dialah Allah yang telah mengabulkan seluruh doa-doaku.
Dialah Allah yang telah memenuhi janji penjagaan-Nya, pengabulan-Nya, perlindungan-Nya terhadapku.
Dialah Allah yang saaaaangaaattttt santun kepadaku.
Dialah Allah yang Rahman, yang Rahim, dan selalu menyentuhku dengan lembut.
Dialah Allah! Aku menjadi saksi atas Kekuasaan, Kebesaran, Kasih sayang, Kesantunan, Ketelitian, dan Keberadaan-Mu Ya Rabbal’aalamiin.

Allah, Dialah yang menemani hari-hariku sejak kecil.
Allah, Dialah yang memberikan hidayah-Nya pada keluargaku.
Allah, Dialah yang telah memilihkan pendidikan terbaik bagiku sejak dasar hingga perguruan tinggi, yang bahkan tak pernah aku cita-citakan.
Allah, Dialah yang telah memperjalankan aku dan keluargaku hingga ke masjidil haram, ke makam Rasulullah, ke hadapan ka’bah, ke kota suci nan mulia ini, yang bahkan hampir tak berani aku bayangkan berada disini.

Maka atas itu semua, aku bersaksi, Tidak ada Tuhan selain Allah. Sungguh, tidak ada! Dialah Yang Maha Kuasa, Yang Tak Pernah Tidur, Yang terus mengurus makhluk-Nya.
Maka untuk seluruh urusanku didepan sana, semua hajatku di tanah suci ini, di tempat yang mulia ini, di depan kabah yang mustajab, di bulan penuh rahmat, di 10 malam terakhir ramadhan yang sakral, Allah, Dia pasti mengabulkan! Dalam bentuk yang Dia Kehendaki. Bisa kontan, tunda, atau mungkin diganti dengan yang lain. Tak perlu tergesa-gesa ingin segera dikabulkan. Karna Dia lebih tau kapan, dimana, atau apa yang terbaik. Takdir dari-Nya adalah yang terbaik setelah hampir 27 tahun kehidupanku yang tak pernah dilalaikan-Nya. Tak pernah sedikitpun. Aku yakin Rabb, sungguh Yakin!

Tak terasa saya dan mama sudah tiba di depan hotel. Saya kembali ngobrol dengan mama lebih fokus. Hati saya sudah tenang, keraguan telah diredam. Saya haqul yakin, tanpa keraguan, Alhamdulillah, Laa haula wa laa quwwata illa billah, illa billah! 🙂